PROSEDUR SERTIFIKASI HACCP
Hargapabrik.id - Dalam proses sertifikasi HACCP, perusahaan perlu menyiapkan dokumen-dokumen kelengkapan, seperti SIUP, Akta Pendirian, TDP, NPWP, Surat Izin Usaha, dan telah aktif melakukan kegiatan produksi. Proses sertifikasi ini akan melalui sejumlah prosedur dalam beberapa tahap, di antaranya :
Baca juga : 5 TIPS MEMULAI PENERAPAN HACCP DI PERUSAHAAN
1. Pertama, sebelum mulai melangkah ada baiknya perusahaan telah benar-benar memahami persyaratan dari HACCP. Maka dari itu, penting untuk menunjuk delegasi guna mengikuti pelatihan mengenai tujuh prinsip dasar penerapan HACCP, memanfaatkan layanan pihak ketiga, atau mengombinasikan keduanya.
Saat ini telah banyak berdiri lembaga pelatihan dan konsultasi penjaminan mutu, termasuk di ranah keamanan pangan. Mutu Institute adalah salah satunya. Lembaga ini berkomitmen untuk fokus pada pengembangan sumber daya manusia di berbagai bidang, melalui program pendidikan dan pelatihan.
2. Kedua, perusahaan perlu mulai mengembangkan dan menerapkan sistem HACCP. Sistem ini sebaiknya merupakan rancangan yang spesifik, sesuai dengan bidang produksi dan jenis produk yang dihasilkan. Dalam sertifikasi HACCP hal ini disebut sebagai ruang lingkup, jenis-jenisnya meliputi:
• Produk-produk susu
• Lemak dan minyak berikut emulsinya
• Buah-buahan dan sayuran
• Serelia
• Roti-rotian (bakery)
• Daging
• Ikan
• Pemanis (termasuk madu)
• Garam, rempah-rempah, sup, saus, salad, produk protein
• Produk pangan gizi khusus
• Minuman selain susu
• Produk pangan berbahan biokimia
Seperti dijelaskan pula sebelumnya, ruang lingkup HACCP akan mencakup area dan lokasi produksi, produk, serta proses produksi itu sendiri. Rancangan, pengembangan, dan penerapan sistem HACCP secara spesifik dijalankan di masing-masing ruang lingkup tersebut.
Baca juga : SIAPA YANG MENGELUARKAN SERTIFIKAT HACCP?
3. Ketiga, tahap analisis (gap analysis). Analisis di sini adalah Untuk mengidentifikasi kekurangan dari sistem HACCP yang telah diterapkan. Apakah sistem telah memenuhi standar? Itu bisa diketahui dengan membandingkan sistem yang ada dengan standar HACCP yang harusnya berlaku. Untuk itu perusahaan bisa menunjuk delegasi pelaksana sistem HACCP atau memanfaatkan layanan konsultan eksternal, seperti Mutu Institute.
4. Keempat, bekerja sama dengan lembaga sertifikasi tepercaya. Sertifikasi HACCP dilakukan oleh lembaga eksternal independen resmi yang berwenang. Tentu saja lembaga sertifikasi harus telah memenuhi kualifikasi dan standar, memiliki akreditasi resmi, serta memahami setiap detail proses sertifikasi jaminan mutu.
5. Kelima, perusahaan akan menjalani audit dan penilaian terhadap kebijakan dan prosedur keamanan pangan, sesuai sistem HACCP yang diterapkan. Audit terbagi menjadi dua tahap, yakni pemeriksaan dokumen dan inspeksi langsung di lokasi produksi.
• Pada umumnya audit tahap kedua akan melibatkan sejumlah proses, di antaranya:
• Peninjauan menyeluruh di lokasi aktivitas produksi.
• Wawancara kepada sejumlah karyawan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mereka tentang penerapan sistem.
• Pemeriksaan sampel atau dokumentasi HACCP, sebagai bagian dari kelayakan implementasinya.
• Memberikan ulasan dan penilaian terhadap sistem HACCP, termasuk soal kebijakan-kebijakan perusahaan yang terkait, prosedur, serta dokumen dan pencatatan.
6. Keenam, sistem HACCP dikatakan matang jika telah berjalan sedikitnya selama 4 – 8 minggu. Selanjutnya barulah perusahaan bisa mulai menempuh tahap audit yang bisa berlangsung antara 1 – 7 hari. Auditor akan mencatat setiap kekurangan yang perlu dibenahi perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Kemudian perusahaan melaporkan perbaikan tersebut kepada tim audit. Tim audit akan mengagendakan pemeriksaan ulang untuk menemukan bukti-bukti perbaikan dan memastikan sistem HACCP diterapkan dengan baik. Sertifikat HACCP dapat diterbitkan jika semua perbaikan telah dinilai sesuai standar oleh tim auditor.
Keseluruhan proses sertifikasi HACCP dapat berjalan dalam kurun waktu satu bulan hingga setahun lamanya. Sementara sertifikat HACCP pada umumnya berlaku untuk satu tahun atau lebih, tergantung kualitas hasil audit dan kebijakan lembaga sertifikasi di tiap daerah.
Sertifikat HACCP pun bisa sewaktu-waktu dicabut apabila perusahaan didapati melakukan pelanggaran terhadap implementasi sistem.
Meski sebuah perusahaan sudah memperoleh sertifikat HACCP, bukan berarti proses akan berhenti di sini. Seiring berjalannya waktu, perusahaan wajib terus menerus melakukan monitor, penilaian, hingga pengembangan dan pembaruan sistem. Lembaga sertifikasi pun akan tetap mengaudit sistem tersebut secara rutin dan berkala. Kebijakan dan kondisi bisnis pangan selalu berubah, sehingga sistem HACCP perlu terus diperbarui.
Baca juga : 5 Indikator dalam Good Manufacturing Practices
Leave your comment
Note: HTML is not translated!