7 Prinsip Penerapan HACCP
Hargapabrik.id - Keamanan produk makanan atau minuman merupakan hasil dari penerapan prinsip HACCP dalam perusahaan. Ada tujuh prinsip yang ditetapkan dalam proses Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Para stakeholders (pemangku kebijakan), asosiasi perdagangan, dan pemilik industri makanan di seluruh dunia telah menyepakati prinsip-prinsip tersebut, termasuk Indonesia.
Baca juga : Apa Itu HACCP ?
1. Identifikasi Risiko Bahaya Pangan dan Pengambilan Tindakan Pengendalian Risiko yang Diperlukan
Analisis bahaya (Hazard Analysis) bertujuan untuk memastikan bahwa semua aspek yang ada selama proses produksi, mulai dari bahan baku , alat dan lainnya ada dalam kondisi aman. Aman yang dimaksud yaitu tidak berpotensi menyebabkan masalah keamanan, seperti terkontaminasi bahan pencemar atau zat berbahaya lainnya yang bisa mengancam Kesehatan dan keselamatan konsumen.
2. Identifikasi Titik Kendali Kritis (CCP) Keamanan Pangan
Identifikasi dan penentuan titik kendali (CCP) didefinisikan sebagai suatu titik lokasi tahapan dalam proses yang harus diawasi atau dikendalikan. Apabila ini tidak terkendali atau tidak terawasi dengan baik, kemungkinan dapat menyebabkan hasil akhir produk yang tidak aman, mungki9n terjadinya kerusakan produk atau bahkan risiko kerugian ekonomi. Sebaliknya bahan pangan yang telah melewati titik kendali kristis adalah makanan yang sehat dan telah diolah dengan baik.
3. Penentuan Batas Kritis untuk Setiap CCP
Penetapan batas kritis yang telah teridentifikasi. Batas kritis yang dimkasud adalah kriteria yang digunakan untuk quality control. Terdapat kriteria tertentu yang nantinya menjadi Batasan apakah produk tersebut tergolong produk gagal atau masih boleh dipasarkan.
4. Penyusunan Prosedur Pemantauan untuk CCP
Prosedur pemantauan CCP adalah tata Kelola pemantauan yang biasanya menggunakan catatan tertulis untuk melihat urutan, operasi dan ukuran selama proses produksi. Tahap ini juga bertujuan untuk mengetahui masalah, kendala,atau bahkan penyimpangan yang terjadi, entah dalam proses produksi atau manajemen.
Baca juga : Tujuan dan Manfaat HACCP
5. Perencanaan dan Pengambilan Tindakan Perbaikan Ketika Batas Kritis Terlewati
Menetapkan Tindakan koreksi bila terjadi penyimpangan (deviasi) pada batas kritis. Tindakan ini berlaku apabila selama masa pemantauan mengindikasikan adanya CCP yang tidak terkontrol. Tindakan korektif ini sebaiknya diatur secara jelas guna memudahkan karyawan dalam proses penanganan masalah.
6. Penyusunan Prosedur Verifikasi untuk Sistem FSMS HACCP
Menetapkan prosedur verifikasi atau untuk menguji kebenaran. Tahap ini penting guna mengetahui efektivitas HACCP dan apakah proses telah berjalan sesuai rancangan awal. Verifikasi dapat dilakukan dalam bentuk penelitian ataupun uji laboratorium dengan data yang detail. Nantinya akan diketahui apakah proses produksi dan produk akhir telah sesuai rencana atau tidak.
7. Pembuatan Dokumentasi dan Penyimpanan Catatan untuk Sistem FSMS HACCP
Melaksanakan prosedur pencatatan dan penyimpanan data (record keeping). Yaitu pendokumentasian seluruh prosedur dan catatan yang berkaitan dengan prinsip dan penerapan HACCP. Hal ini untuk memudahkan pemeriksaan oleh manager atau instansi berwenang apabila produk yang dihasilkan diketahui atau diduga menyebabkan munculnya beberapa kerugian byang tidak diinginkan agar dapat dievaluasi dan ditinjau kembali.
Baca juga : 5 Indikator dalam Good Manufacturing Practices
Leave your comment
Note: HTML is not translated!