5 Indikator dalam Good Manufacturing Practices
Hargapabrik.id - Dalam menjalankan GMP diperusahaan, kita perlu memiliki indikator-indikator yang dapat menentukan jalannya penerapan Good Manufacturing Practice. Setidaknya, ada lima indikator yang dapat menentukan apakah suatu proses produksi sudah menerapkan Good Manufacturing Practice atau belum, yaitu:
Baca juga : 10 Prinsip-prinsip Dasar GMP
1. Adanya Komitmen yang Sama dari Seluruh Pihak
Jangan lupa bahwa proses produksi merupakan salah satu titik di antara rangkaian panjang rantai bisnis yang saling berhubungan. Oleh karena itu, dalam praktik manufaktur yang baik, setiap pihak yang terlibat di dalamnya perlu memiliki pandangan serta nilai yang sama untuk memastikan produk yang nantinya akan dihasilkan juga sesuai dengan keseluruhan proses bisnis yang dibutuhkan.
Adanya komitmen yang sama dari staf, karyawan, manajer, hingga pemilik usaha menjadi modal yang pertama dan utama dari Good Manufacturing Practice, karena tanpa adanya hal ini, besar kemungkinan proses produksi atau manufaktur yang dijalankan hanya dilakukan sebatas kewajiban saja sehingga kualitasnya mungkin berbeda antara satu batch produksi dengan batch berikutnya karena tak ada yang mau mengeluarkan upaya ekstra untuk menjaga mutu produksi.
Komitmen yang sama dari seluruh pihak juga membantu menentukan penetapan standar kualitas yang diinginkan. Kerja sama yang baik dari setiap pihak dengan tingkat komitmen yang sama membuat standar mutu lebih mudah dicapai jika dibandingkan dengan proses manufaktur yang dilakukan secara sendiri-sendiri.
Singkatnya, setiap orang yang terlibat dalam proses produksi harus menyadari bahwa barang yang mereka produksi nantinya akan saling berkaitan dengan pihak-pihak yang bekerja di departemen berbeda, sehingga keberadaan standar yang jelas menjadi sebuah patokan yang penting untuk diikuti.
2. Adanya Tim yang Saling Mendukung
Komitmen yang sama di antara setiap pihak saja masih belum cukup untuk menjamin suatu proses produksi dilakukan dengan menerapkan Good Manufacturing Practice. Selanjutnya, pelaku usaha perlu memastikan bahwa tim yang disusun untuk menangani proses produksi tersebut harus memiliki sifat yang solid dan saling mendukung.
Untuk memenuhi indikator yang satu ini, pelaku usaha dapat memastikan terlebih dahulu setiap entitas yang terdapat dalam tim tersebut harus benar-benar memahami tanggung jawab yang dimilikinya satu sama lain dan tidak bekerja sendiri-sendiri.
Misalnya saja, apabila dalam satu tim yang dibentuk terdapat seorang manajer merangkap supervisor, staf, dan juga tenaga admin; setiap anggota tim sebaiknya benar-benar memahami cakupan tanggung jawab dari setiap peran yang ada dan tidak hanya memperhatikan cakupan tanggung jawab dari perannya sendiri. Dengan melakukan praktik tersebut, sistem kerja yang saling mendukung antara anggota tim pun dapat lebih mudah dibentuk.
Dengan memahami cakupan tanggung jawab dari setiap peran yang ada dalam suatu tim, contohnya saja, anggota tim dapat dengan mudah menentukan kepada siapa mereka perlu meminta bantuan apabila menemui masalah; siapa yang memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan apabila secara mendadak dibutuhkan; sejauh mana bantuan yang bisa diberikan agar sistem kerja tetap efektif dan efisien.
Niat yang baik untuk membantu atau mendukung anggota lain di dalam tim sebaiknya juga diikuti dengan kapasitas serta kapabilitas yang tepat. Dengan demikian, proses produksi pun dapat dijamin kelancarannya sekalipun sewaktu-waktu terjadi masalah di tengah produksi yang dilakukan karena setiap anggota dalam tim sudah memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam menghadapi situasi masing-masing.
3. Adanya Standar Mutu yang Sesuai dan Disepakati
Setelah setiap pihak yang terkait memiliki komitmen serta nilai-nilai yang sama, dan tim yang solid dan saling mendukung satu sama lain sudah dimiliki, indikator selanjutnya dalam GMP adalah penetapan standar mutu atau kualitas yang ingin dicapai dalam aktivitas atau proses produksi.
Meski secara garis besar standar ini dimaksudkan untuk menjaga mutu dari barang produksi yang dihasilkan, tetapi dalam pelaksanaannya bisa jadi standar ini akan menjadi acuan untuk beragam hal lainnya.
Sebagai contoh, praktik manufaktur yang baik tentunya membutuhkan infrastruktur atau lingkungan produksi yang mendukung. Dalam bisnis makanan, misalnya saja, lingkungan produksi harus bersih, steril, dan bebas dari hama. Apabila lingkungan produksinya tidak steril, bisa jadi makanan yang diproduksi pun akan menurun mutunya karena berbagai faktor.
Dengan demikian, meski yang menjadi tujuan utama dari penetapan standar ini adalah mutu dari proses produksi, ada banyak hal yang bisa dicakup di dalamnya, mulai dari proses produksi itu sendiri, standar terkait desain dari produk yang diinginkan, fasilitas atau infrastruktur produksi yang dibutuhkan, bahkan tempat penyimpanan bahan baku maupun barang jadi hasil produksi.
Baca juga : 9 Ruang Lingkup penerapan GMP
Karena standar yang akan ditetapkan ini nantinya menjadi acuan dari setiap pihak yang terlibat dalam proses produksi, dalam Good Manufacturing Practice, penting bagi pelaku usaha untuk benar-benar mengenal bagaimana proses produksi terjadi agar dapat menentukan standar apa saja yang dibutuhkan di setiap titik dalam proses produksi itu agar dapat menerapkan praktik manufaktur yang benar-benar baik.
Pelaku usaha kemudian dapat menentukan standar acuan yang dapat dijadikan patokan oleh seluruh pihak yang terlibat dan memastikan standar tersebut benar-benar diikuti dalam setiap proses produksi sehingga tidak ada produksi dengan perbedaan kualitas yang terlalu jauh.
Dengan alasan yang sama, tak jarang sebuah perusahaan manufaktur memiliki tim khusus yang tanggung jawabnya benar-benar terfokus pada jaminan mutu; yaitu dengan memeriksa setiap barang jadi yang sudah diproduksi dan memastikan kualitas setiap produk akhir itu sudah sama dan sesuai dengan takaran mutu yang ditentukan. Dengan kata lain, jangan lupa juga untuk membuat standar yang dapat dijadikan acuan oleh tim jaminan mutu, selain membuat standar untuk proses produksi itu sendiri.
4. Adanya Indikator untuk Mengukur Pemenuhan Standar
Selain sebagai tolok ukur untuk mengetahui seberapa jauh pemenuhan standar mutu yang terjadi, fungsi adanya indikator dalam GMP adalah untuk mempermudah pelaku usaha dalam melakukan evaluasi atas praktik manufaktur yang terjadi dalam bisnisnya. Tentunya, ini akan sangat membantu ketika dalam satu batch produksi ada kesalahan yang menyebabkan standar praktik manufaktur yang baik tak dapat dipenuhi, sehingga pada batch produksi yang berikutnya, kualitas produk dapat diperbaiki dengan menghindari kesalahan tersebut.
Umumnya, indikator ini diwujudkan dalam bentuk daftar centang yang dapat diisi oleh supervisor untuk setiap aspek produksi. Hasil dari pemenuhan, atau tidak terpenuhinya, indikator nantinya dapat menjadi acuan atau alat dalam mengidentifikasi masalah maupun tantangan-tantangan dalam proses produksi.
Tanpa adanya indikator-indikator ini, klaim pelaku usaha bahwa proses produksi yang terjadi di tempatnya sudah sesuai dengan konsep praktik-praktik manufaktur yang baik hanya akan dipandang sebagai klaim sepihak karena tidak ada tolok ukur yang bisa dijadikan bukti pembanding. Dengan kata lain, keberadaan indikator-indikator ini tidak hanya membantu proses produksi itu sendiri dalam mencapai mutu yang diinginkan, tetapi juga ke depannya, dapat digunakan sebagai branding.
5. Adanya Kepatuhan dalam Standar Good Manufacturing Practices
Masih berkaitan dengan komitmen yang wajib dimiliki oleh setiap orang yang terlibat dalam proses produksi maupun proses-proses bisnis lain yang berkaitan, ketika praktik-praktik manufaktur yang baik sudah distandardisasi melalui capaian indikator-indikatornya, tentu standar tersebut harus diikuti dengan patuh, bukan?
Kembali kepada komitmen yang patut dimiliki oleh setiap pihak yang terlibat, GMP adalah sebuah konsep jangka panjang yang membutuhkan adanya konsistensi, karenanya berkomitmen untuk patuh menjalankan dan memenuhi setiap indikator dalam praktik manufaktur yang baik tentu menjadi modal utama yang perlu dimiliki sebelum mulai menerapkan konsep ini dalam bisnis.
Pun demikian, bukan berarti karena komitmen dan kepatuhan terhadap standar yang sudah ditentukan menjadi sebuah kewajiban, pelaku usaha serta setiap pihak yang terlibat tidak dapat mengubah standar-standar tersebut. Sebaliknya, justru ketika konsep Good Manufacturing Practice diikuti dengan sesuai, evaluasi terhadap setiap standar yang ditetapkan menjadi penting dan harus dilakukan.
Evaluasi ini nantinya dapat mengukur serta membandingkan seberapa baik kinerja praktik manufaktur yang telah dilakukan dengan keuntungan bisnis atau brand awareness yang dimiliki dan kualitas produk yang dihasilkan. Karena, bagaimanapun juga, konsep praktik manufaktur yang baik awalnya diusung untuk memastikan proses produksi dapat menghasilkan produk-produk dengan jaminan mutu yang baik.
Dengan kata lain, kepatuhan terhadap pemenuhan standar GMP adalah sesuatu yang penting, tetapi sebaiknya tidak diikuti secara buta dan harus mempertimbangkan pula bagaimana praktik terbaik yang paling tepat untuk proses produksi yang dilakukan. Secara tepat mengaplikasikan konsep ini bisa memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi bisnis, tidak hanya dari sisi penjualan saja, tetapi juga kepercayaan publik yang juga penting dalam menjalankan suatu bisnis.
Baca juga : Manfaat Penerapan Good Manufacturing Practice (GMP)
Leave your comment
Note: HTML is not translated!